Senin, 27 Mei 2013

Sejarah Bogor Terkikis Bisnis


Para elite birokrat di lingkup Pemerintah Kota Bogor semestinya membaca dan mempelajari sejarah kebudayaan kotanya. Dengan kata lain, para pemangku kebijakan itu sudah sepatutnya mengetahui rangkaian perjalanan sejarah kota yang diamanatkan kepadanya.

“Dengan demikian mereka mengetahui dan memahami kearifan lokal, serta kandungan makna dari sejarah itu sendiri,” menanggapi tingginya laju pertumbuhan ekonomi yang malah justru mengorbankan dan menghilangkan benda-benda cagar budaya dan identitas Kota Bogor di masa lalu.

budayawan dan sesepuh lainnya yang secara tegas tidak menyetujui pembangunan yang pesat dewasa ini, yang justru tidak memperhatikan dan mempedulikan lagi sejarah dan budaya. Salah satu yang disorot adalah dengan berdirinya proyek pembangunan Hotel Amarossa di Jalan Otista, Baranangsiang, Bogor Timur, yang telah “menelan” simbol dan kebanggaan masyarakat terlebih leluhur serta pendiri Buitenzorg.

“Untuk soal ini, budayawan harus berbicara dengan siapa lagi kalau bukan dengan Pemkot. Tapi sayang justru mereka malah terkesan tidak peduli ketika diajak berbicara mengenai sejarah dan budaya, sesepuh bukannya ingin dihargai. Tapi tolonglah pembangunan itu jangan sampai merusak dan menghilangkan identitas sejarah,
bahwa ketinggian bangunan Hotel Amarossa sudah jelas-jelas menyalahi aturan. Apalagi pada pelaksanaannya pun sudah teramat banyak permasalahan yang timbul, dan membuat pro-kontra di masyarakat. “Ketinggian hotel (Amarossa) itu harus dipapas. Gunung Salak tidak lagi kelihatan, Tugu Kujang juga hilang kalah sama hotel,” tegasnya.

Saat ini sudah sekitar 60 persen peninggalan sejarah dan budaya yang ada di Kota Bogor telah hilang dan berganti menjadi “hutan beton.” pemandangan kota saat ini tak lagi mempunyai nilai estetika dan terkesan membosankan dengan bangunan yang berbentuk kotak. “Kota Bogor ini dulunya sangat indah sekali. Suasana dan pemandangannya tiada duanya. Udaranya sejuk, asri. Tapi sekarang tidak lagi,
Lebih jauh filosofisnya bangsa Belanda pada jaman dahulu telah merancang Kota Bogor masa depan sebagai sebuah Kota Klasik. Pembangunan Kota Bogor diarahkan ke wilayah bagian timur, bukan seperti sekarang yang carut-marut tidak terkontrol.

“Sudah sangat jelas masterplan arah kebijakan pembangunannya. Dimana kawasan perniagaan, kawasan pemukiman, dan sebagainya. Maka dari itu, pejabat harus membaca dan mempelajari buku sejarah Kota Bogor. Semua hal tercantum di buku itu. Yang terlihat sekarang kan penguasa dikalahkan oleh pengusaha,”.
Melihat kondisi ini, budayawan maupun sejarawan sangat miris dengan banyak hilangnya (atau sengaja dihilangkan) beragam benda cagar budaya. Pada posisi ini, nilai sejarah dikalahkan oleh nafsu dan ketamakan pejabat. “Pajajaran ‘ngahiang’ dari percaturan sejarah, budaya, politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan,” pungkasnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sobat telah berkunjung ke blog ini, mohon agar di perhatikan beberapa point di bawah ini sebelum berkomentar.

1. Berkomentarlah sesuai dengan topik pembahasan postingan.
2. Berkomentarlah dengan bijak dan jangan menggunakan kata2 kasar.
3. Komentar mengandung spam akan di hapus tanpa pemberitahuan.
4. Jangan mencantumkan link hidup pada kolom komentar.
5. Gunakan nama walaupun tidak memiliki website, jangan menggunakan anonymous.
6. Klik subscribe untuk mengetahui balasan komentar.

Terimakasih.

Salam,
D-Boer

Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More