POLITIK KOTOR BERNAMA “MONEY POLITICS”. Mau dilihat dari kaca mata yang manapun, yang namanya money politics adalah merugikan masyarakat, merugikan kepentingan umum, merugikan perkembangan demokrasi itu sendiri, bahkan merugikan cita-cita pendirian bangsa ini yang hendak menjadikan bangsa ini adil makmur sentosa damai dan sejahtera.
Money politics adalah politik kotor yang dilakukan segelintir politisi kotor yang ingin berkuasa atau melanggengkan kekuasaannya dan partai-partainya dengan cara-carainstant, dan bukan dengan cara-cara mensejahterakan rakyat.
Para oportunis pelaku money politics itu adalah orang-orang yang akan dengan senang hati membeli pilihan rakyat dengan nilai yang sangat murah. Dengan limapuluh ribu rupiah saja, misalnya, pelaku money politics itu dapat merasuki hati seorang pemilih sehingga rela menukar kepercayaan politiknya, dan menyalurkannya kepada si pemberi imbalan. Dengan lima puluh ribu rupiah, seorang pelaku money politics telah menghancurkan nasib rakyat pemilih yang seharusnya dapat memilih penguasa yang lebih baik selama lima tahun berikutnya.
Kepada para pelaku money politics yang telah keluar uang ini, bagaimana mungkin kita bisa berharap dan mempercayakan nasib kita. Mereka itu merasa telah menghabiskan uang untuk membeli kepercayaan rakyat, maka pada saat berkuasa akan terlihat tampang asli mereka yang serakah dan tamak serta menghalalkan segala cara.
Orang-orang serakah itu dalam masa berkuasanya tidak akan pernah memikirkan nasib pemilih bayaran, melainkan hanya memikirkan cara mengembalikan modal yang telah dikeluarkannya saat membeli suara pemilihnya. Mereka menjual kekuasaan yang telah mereka dapatkan demi kepentingan diri mereka sendiri di saat berkuasa. Di tahun awalnya berkuasa, mereka akan mencoba menerbitkan macam-macam kebijakan, peraturan-peraturan, yang mereka jual kepada pengusaha kotor yang juga tidak mau bekerja dengan cara-cara yang taat asas.
Penguasa yang berkuasa karena money politics akan dengan mudah menjual fasilitas umum kepada pengusaha kotor. Fasilitas umum akan dengan mudah mereka geser peruntukannya menjadi lahan niaga. Hal yang tadinya oleh peraturan tidak dibolehkan, mereka geser aturan-aturannya sehingga menjadi boleh. Tentu saja dengan melibatkan orang-orang lain yang dapat dibeli lagi, semisal wakil rakyat yang bisa dibeli juga. Dengan kongkalingkong ini, penguasa dan yang katanya wakil rakyat bekerja sama dengan sangat rapi, mengupayakan produk perundang-undangan dan produk pemerintahan yang hanya menguntungkan kalangan mereka sendiri, tanpa peduli nasib rakyat.
Penguasa kotor yang berkuasa melalui jalur money politics tidak ubah seorang tengkulak yang berupaya membeli serendah-rendahnya mandat dari rakyat, namun kemudian menjual setinggi-tingginya hasil dari mandat tersebut kepada para pengusaha, pedagang, bahkan kepada rakyat, demi membesarkan pundi-pundi uang mereka. Mereka ini dengan kroni-kroninya akan merangsek lebih jauh dengan membeli tidak saja demokrasi, tetapi juga membeli hukum, membeli keadilan, yang tentu saja demi kepentingan mereka sendiri.
Pendidikan Politik
Karena itu, dengan menyadari betapa buruknya akibat politik kotor bernama money politics ini, sudah seharusnya kita segenap rakyat bangsa ini untuk merapatkan barisan agar tidak tertembus serangan money politics ini.
Memang uang dan bahan kebutuhan pokok yang ditawarkan pelaku money politics itu sangat membantu masyarakat yang tengah terjepit pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Akan tetapi seyogyanya masyarakat sadar bahwa nasib mereka sedang mereka pertaruhkan. Jangan hanya karena satu paket sembako, atau selembar uang kertas, kedaulatan mereka tergadai.
Untuk itu, pendidikan politik sudah saatnya bisa menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Dengan cara itu masyarakat bisa dicerdaskan, sehingga bisa membedakan mana pelaku politik yang murni berjuang untuk rakyat dan mana yang hanya sekadar mencari penghidupan dengan menjadi wakil rakyat atau pemimpin di negeri ini.
Hanya saja, hingga saat ini memang rakyat masih traumatik dengan partai politik. Di masa orde baru, partai politik banyak yang hanya menjadi alat legitimasi kekuasaan, yang sebenarnya lebih berbahaya lagi daripada money politics. Kalau dalam money politics masyarakat dijerat dengan bujuk rayu, di masa orde baru partai politik bahkan menjadi alat penekan aspirasi rakyat. Dan rakyat menjadi trauma.
Trauma politik inilah yang harus ditembus oleh partai politik saat ini sebagai bagian pendidikan politik yang harus dilakukan. Tugas yang berat, memang. Tapi itu adalah tugas yang harus dilakukan. Partai politik saat ini harus berjuang mati-matian untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat bahwa hanya dengan berpartailah segenap aspirasi rakyat bisa disalurkan secara aktif. Hanya dengan berpartailah rakyat bisa mengubah undang-undang yang tidak pro-rakyat menjadi lebih lebih baik.
Lantas apa yang dapat dilakukan? Kalau hanya melihat sesaat, maka sulit untuk menentukan partai atau politisi mana yang pantas untuk didukung, atau partai mana yang pantas untuk dimasuki. Untuk itu maka track record menjadi penting. Rekam jejak setiap partai, atau rekam jejak setiap politisilah yang harus dicermati. Paling tidak, lakukanlah kilas balik 10 tahun ke belakang. Kita akan dapat melihat apa saja yang telah dilakukan sebuah partai, atau apa saja yang telah dilakukan politisi. Dengan demikian kita akan bisa melihat secara lebih rasional, tidak lagi terjebak pada unsur SARA (suku-agama-ras-antargolongan), dan kultus individu.
Setelah semua hal-hal rasional di atas, akhirnya kita harus bertanya pada hati nurani masing-masing. Bertanyalah, dan hati nurani anda akan menjawab dengan suara lirih. Ingatlah, “Suara hati itu memang halus. Namun sedemikian halusnya suara hati itu, sampai-sampai tidak ada yang bisa membungkamnya.”
Selamat memilih pemimpin.
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sobat telah berkunjung ke blog ini, mohon agar di perhatikan beberapa point di bawah ini sebelum berkomentar.
1. Berkomentarlah sesuai dengan topik pembahasan postingan.
2. Berkomentarlah dengan bijak dan jangan menggunakan kata2 kasar.
3. Komentar mengandung spam akan di hapus tanpa pemberitahuan.
4. Jangan mencantumkan link hidup pada kolom komentar.
5. Gunakan nama walaupun tidak memiliki website, jangan menggunakan anonymous.
6. Klik subscribe untuk mengetahui balasan komentar.
Terimakasih.
Salam,
D-Boer